Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru IPB dari Masa ke Masa
Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru IPB dari Masa ke Masa
Berbicara mengenai sistem penerimaan mahasiswa baru di IPB, maka berbicara perihal sejarah yang panjang. Seleksi penerimaan mahasiswa baru di IPB telah diselenggarakan sejak tahun 1958 dan 1959 sebelum IPB berdiri secara mandiri. Pada tahun tersebut juga terjadi pembenahan kurikulum Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UI. Oleh karena itu nilai ujian akhir SMA dan nilai rapor SMA pada mata pelajaran ilmu pasti, kimia, fisika, biologi, dan bahasa Inggris menjadi pertimbangan. Masing-masing fakultas baik Fakultas Pertanian UI maupun FKH UI bertanggungjawab penuh atas jalannya proses seleksi dan penerimaan mahasiswa baru. Cara ini terus berlangsung sampai terbentuknya IPB pada 1963 dan masih terus berjalan hingga tahun 1967.
Satu tahun setelahnya yakni pada 1968, seleksi mahasiswa baru mulai diselenggarakan secara terpusat di IPB. Bahkan juga dibentuk Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru IPB (PPMB-IPB) yang bertugas sebagai pelaksana seleksi. Panitia ini dikukuhkan secara resmi melalui Surat Keputusan Rektor. Kemudian sistem penerimaan mahasiswa baru IPB sedikit mengalami perubahan pada 1971. Mulai tahun itu metode seleksi ditambah dengan ujian masuk tertulis. Ada beberapa mata pelajaran yang diujikan seperti bahasa Inggris, matematika, fisika, kimia, dan biologi. Nantinya para siswa yang diterima di IPB akan mendapatkan kartu mahasiswa sebagai penanda telah sah berstatus sebagai mahasiswa. Kartu mahasiswa ini harus dibawa setiap perkuliahan berlangsung.
IPB juga melakukan terobosan baru dalam melakukan seleksi penerimaan calon mahasiswa. Cara yang dilakukan IPB yakni dengan mengundang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) untuk mengirimkan siswa terbaiknya sebagai calon mahasiswa IPB. Seleksi ini dinamakan Sistem Tanpa Ujian Saringan Masuk yang dilaksanakan pada 1971. Aspek penilaian untuk seleksi ini didasarkan pada tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah nilai rapor siswa selama 4 semester, peringkat siswa selama 4 semester di SLTA, dan prestasi mahasiswa asal SLTA tersebut selama berkuliah di IPB.
Namun IPB harus menghadapi suatu tantangan besar. Pada tahun tersebut, minat para siswa SLTA pada bidang pertanian cenderung rendah. Hal ini berdampak terhadap kecilnya jumlah mahasiswa yang melaksanakan kurikulum pendidikan sarjana 4 tahun pada tahun 1972. Permasalahan ini membuat IPB perlu melakukan inovasi baru supaya dapat menarik calon mahasiswa yang potensial untuk mendaftar ke IPB. Prof. A.M. Satari selaku Rektor IPB segera membentuk panitia penerimaan mahasiswa baru untuk tahun ajaran 1975/1976. Andi Hakim Nasoetion dilantik sebagai Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB-IPB).
Pada tahun ini juga IPB tergabung dalam Sekretariat Kerjasama Lima Universitas (SKALU) melakukan Lokakarya Ujian Masuk Perguruan Tinggi bersama ITB, UGM, UNAIR, dan UI. Tujuan kegiatan ini ialah untuk menyamakan persepsi dan standar Ujian Masuk Perguruan Tinggi. Kemudian pada tahun 1977 SKALU menyelenggarakan Ujian Masuk Bersama. Pola Ujian Masuk Pergruan Tinggi secara bersama kemudian dilanjutkan pada tahun 1978 dan 1979. Pola ini dinilai berhasil sehingga diperluas partisipasi perguruan tinggi lain.
Di lain sisi, pelantikan Andi Hakim Nasoetion membawa dampak positif terhadap upaya IPB dalam menyaring potensi-potensi terbaik bangsa. IPB semakin terdorong untuk mencari cara-cara baru dalam meningkatkan minat para lulusan SMA pada bidang pertanian. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan menggalakkan promosi kepada para pelajar SMA yang sedang berkunjung ke IPB. Kunjungan ini menjadi momentum bagi IPB untuk memperkenalkan diri kepada instansi-intansi pendidikan, terutama SMA. Harapannya para siswa dapat memperoleh informasi detail mengenai IPB dan berminat untuk melanjutkan studi di IPB.
Dua tahun berselang, sekitar 660 mahasiswa baru diterima di IPB pada 1976. Satu tahun kemudian jumlah ini melonjak dua kali lipat. Sebanyak 1.040 orang diterima sebagai mahasiswa baru IPB tahun akademik 1977/1978. Bahkan jumlah ini meningkat sepuluh kali lipat dari penerimaan awal implementasi program sarjana 4 tahun pada 1972. Kampus yang berfokus terhadap pengembangan pertanian di Indonesia ini memberikan respon positif terhadap lonjakan angka tersebut. IPB segera membentuk Biro Pendidikan Persiapan yang kemudian pada 1974 berubah nama menjadi Direktorat Tingkat Persiapan Bersama serta tim bimbingan dan konseling. Kemudian IPB mulai menerapkan sistem penerimaan mahasiswa baru tanpa tes kepada bibit-bibit unggul calon mahasiswa dari berbagai daerah di seluruh Indonesia sejak tahun ajaran 1978/1979.
Pada 1980, IPB tergabung dalam Proyek Perintis I bersama 10 universitas lainnya untuk menyaring para calon mahasiswa. Program ini digaungkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk menyempurnakan kekurangan SKALU yang hanya terbatas pada beberapa PTN. Proyek Perintis I dipimpin oleh Prof. S. Pramoetadi, Direktur Direktorat Pembinaan Sarana Akademik, Dirjen Dikti. Pola seleksi mahasiswa dalam Proyek Perintis I adalah melalui tes tertulis. Para calon mahasiswa diperkenankan memilih tiga program studi pada tiga PTN. Setiap perguruan tinggi juga diminta untuk membentuk Panitia Ujian Masuk Lokal (PUML) yang merupakan bagian integral Proyek Perintis I. IPB kemudian menetapkan Darwis S. Gani sebagai ketua PUML-IPB.
Keberhasilan IPB dalam meningkatkan jumlah mahasiswa mendapat perhatian penuh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Para pimpinan Dirjen Dikti kemudian mengadopsi pola penerimaan mahasiswa baru yang diterapkan oleh IPB dengan nama Proyek Perintis II. Kegiatan ini pertama kali diselenggarakan pada 1979. Andi Hakim Nasoetion yang saat itu menjabat sebagai Rektor IPB ditetapkan sebagai ketua panitia. Proyek Perintis II diselenggarakan melalui proses penelusuran bakat dan keberhasilan belajar selama di Sekolah Menengah Atas (SMA). Para siswa terpilih mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di antara tiga PTN, yakni IPB, UGM, dan ITB yang tergabung dalam program Proyek Perintis II ini. Hasil seleksi disampaikan oleh panitia kepada rektor perguruan tinggi yang terlibat. Sementara itu setiap universitas atau institut memiliki kewenangan untuk mengumumkan hasil seleksi masuk kepada para calon mahasiswa baru.
Pola penerimaan mahasiswa baru melalui ujian tertulis dan Proyek Perintis II dilakukan selama beberapa tahun di IPB. Memasuki tahun akademik 1992/1993, IPB kembali melakukan terobosan baru dalam seleksi penerimaan calon mahasiswa. IPB menerapkan dua cara yakni melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Hal ini berdasarkan pada SK Rektor No. 144/C/1991 Tentang Susunan Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru IPB Tahun Akademik 1992/1993. Pada tahun 2008, seleksi penerimaan mahasiswa baru secara nasional dinamakan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hingga tahun 2013. Pada 2013 inilah SNMPTN mengalami revisi yang kemudian tercetus adanya Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN).
Hingga saat ini IPB selalu menyaring potensi-potensi terbaik bangsa untuk bergabung bersama kampus dengan slogan Inspiring Innovation with Integrity. IPB selalu membuka enam jalur penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya. Pertama adalah Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) yang sebelumnya bernama SNMPTN. Kemudian ada jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) yang dulu masih disebut SBMPTN. IPB juga menerima calon mahasiswa melalui jalur Seleksi Mandiri IPB (SM-IPB), jalur Prestasi Internasional dan Nasional (PIN), jalur ketua OSIS, dan jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Seleksi penerimaan mahasiswa baru di IPB dari masa ke masa merupakan bukti nyata bahwa IPB senantiasa memberikan kesempatan yang sama terhadap seluruh generasi muda agar dapat mengakses pendidikan yang setara antara satu dengan yang lainnya.
Daftar Pustaka :
Manuwoto S, dkk. 2020. Sejarah Kemahasiswaan IPB 1963–2018. Bogor: IPB Press.