Sekolah Pascasarjana IPB: 50 Tahun Dedikasi dalam Pendidikan

Sekolah Pascasarjana IPB: 50 Tahun Dedikasi dalam Pendidikan

Sekolah Pascasarjana IPB: 50 Tahun Dedikasi dalam Pendidikan

Pembukaan Sekolah Pascasarjana IPB pada tanggal 31 Maret 1975. Tampak Andi Hakim Nasution sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana IPB yang pertama sedang memberikan sambutan. (Sumber: Arsip IPB).

Sekolah Pascasarjana IPB lahir dari gagasan dan pengembangan berbagai program untuk menyediakan pendidikan lanjutan yang berkualitas. Mulai dari kegiatan penataran yang diselenggarakan oleh Program Pendidikan Doktor IPB pada masa transisi, pembentukan sistem pendidikan pascasarjana yang terstruktur, program magister, program doktor terstruktur, hingga kini berusia 50 tahun. Kegiatan penataran merupakan perkuliahan yang dilaksanakan pada bulan Desember dan Januari oleh dosen-dosen yang baru kembali dari studi doktoral di luar negeri, terutama Amerika Serikat. Program penataran ini diwajibkan bagi mahasiswa dan calon mahasiswa Program Doktor. Kegiatan tersebut menjadi dasar bagi pembentukan sistem pendidikan pascasarjana yang terstruktur. Proses ini kemudian membawa IPB untuk secara resmi mendirikan Sekolah Pascasarjana pada 30 November 1974, sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Rektor IPB No. 067 tahun 1974 yang diterbitkan pada tanggal yang sama.

Setelah diresmikan, Sekolah Pascasarjana IPB membuka Program Magister pada tahun akademik 1975/1976. Program ini merupakan langkah awal untuk memperluas jenjang pendidikan pascasarjana di IPB. Tujuan utamanya adalah menampung lulusan program pendidikan empat tahun yang telah menyelesaikan studi sarjana. Lulusan tersebut dapat berasal dari IPB maupun perguruan tinggi lain. Penyelenggaraan Program Magister ini menjadi bagian dari upaya IPB dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan lanjutan yang berkualitas. Pengelolaan Sekolah Pascasarjana secara resmi diatur melalui SK Rektor IPB. Dalam keputusan tersebut, Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution ditunjuk sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana. Posisi Wakil Direktur I dipercayakan kepada Prof. Dr. Ir. Edi Guhardja, M.Sc., sedangkan Wakil Direktur II adalah Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng. 

Pada tahun pertama, Sekolah Pascasarjana IPB menerima 40 mahasiswa. Dua puluh empat mahasiswa berasal dari kalangan dosen Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sementara enam belas mahasiswa lainnya berasal dari Departemen Teknik. Seluruh mahasiswa angkatan pertama mendapatkan dukungan beasiswa penuh dari Ford Foundation. Beasiswa tersebut digunakan untuk menempuh pendidikan di berbagai program studi yang ditawarkan. Terdapat tujuh program studi yang dibuka pada saat itu. Program-program tersebut meliputi Ekonomi Pertanian, Ilmu Tanah, Agronomi, Ilmu Ternak, Komunikasi Pembangunan, Sosiologi Pedesaan, dan Statistik. Sekitar 100 dosen dilibatkan dalam pengajaran program magister ini. Pada tahun-tahun berikutnya, IPB mulai menambah jurusan-jurusan baru sesuai dengan perkembangan fasilitas di masing-masing bidang dan peningkatan jumlah tenaga pengajar. Hingga tahun 1983 terdapat dua puluh satu jurusan. Pada saat itu, istilah “jurusan” resmi diubah menjadi “program studi.”

Gambar 2. Andi Hakim Nasution (berdiri di sisi kiri) dan Affendi Anwar (duduk di belakang memakai kemeja kotak-kotak) sedang membantu pendaftaran calon mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB. (Sumber: Arsip IPB)

Sejalan dengan perkembangan yang terjadi, beberapa program studi mulai mampu melaksanakan Program Doktor yang terstruktur. Pada 1978, program S3 (Doktor) reguler secara resmi dibuka. Prof. Dr. Ir. Rudy Tarumingkeng diangkat sebagai Wakil Direktur urusan Doktor untuk memimpin program tersebut. Langkah ini menandai pencapaian baru dalam pengelolaan pendidikan tinggi. Hingga tahun 1980, jumlah program studi meningkat menjadi lima belas buah. Dalam kurun waktu tersebut, delapan program studi baru ditambahkan. Program-program baru tersebut mencakup delapan bidang studi, yaitu Entomologi dan Fitopatologi, Ilmu Pangan, serta Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bidang lainnya meliputi Biologi Reproduksi, Sains Veteriner, Ilmu Perairan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Gizi serta Sumberdaya Keluarga.

Sekolah Pascasarjana IPB mengalami beberapa perubahan nama sepanjang perkembangannya. Pada 1981, berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1981 tentang Penataan Fakultas pada Fakultas/Institut Negeri mengatur bahwa Program Pascasarjana dan Doktor diselenggarakan oleh Fakultas Pascasarjana. Perubahan ini memperkuat peran Fakultas Pascasarjana sebagai pusat koordinasi penyelenggaraan pendidikan dan pengelolaan sumber daya, mendukung pengembangan pendidikan pascasarjana di Indonesia. Sejak 1982, Sekolah Pascasarjana IPB bekerja sama dengan sejumlah universitas dalam pengelolaan program Magister melalui Kegiatan Pengumpulan Kredit (KPK). Universitas yang pernah berstatus KPK antara lain Universitas Hasanuddin (1982-1986), Universitas Andalan (1984-1993), Universitas Sumatera Utara (1985-1993), Universitas Kristen Satya Wacana (1986-1993), dan Universitas Sam Ratulangi (1985-1995). Saat ini kelima universitas tersebut telah berstatus mandiri sebagai pengelola program pendidikan pascasarjana.

Gambar 3. Surat Keputusan Rektor IPB Nomor 09/K13/PP/2006 Tentang Penetapan Jumlah Mayor-Minor dari Masing-Masing Departemen pada Program Pendidikan Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2/S3) IPB. (Sumber: https://arsipedia.ipb.ac.id/server/api/core/bitstreams/bb06863e-1561-4d25-b104-a7367e88d76f/content)

Pada 1991, Fakultas Pascasarjana ditutup dan diubah menjadi Program Pascasarjana sesuai Kepmendikbud No. 0435/O/1992. Pada 2003, Program Pascasarjana bertransformasi menjadi Sekolah Pascasarjana berdasarkan otonomi IPB, sesuai ketetapan Majelis Wali Amanat IPB No. 17/MWA-IPB/2003. Seiring dengan perubahan nama tersebut, jumlah program studi S2 turut mengalami perkembangan. Bahkan jumlah program studi Sekolah Pascasarjana IPB mencapai 69 buah pada tahun akademik 2005/2006. Pada tahun tersebut juga diperkenalkan kurikulum mayor-minor dan program studi diganti menjadi mayor. Fakultas Pertanian menyelenggarakan 12 mayor, Kedokteran Hewan 7 mayor, Perikanan dan Kelautan 2 mayor, Teknologi Pertanian 6 mayor, Kehutanan 7 mayor, serta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.

Kini Sekolah Pascasarjana IPB semakin berkembang dengan 57 Program Magister dan 43 Program Doktor. Setidaknya ada tiga jalur bagi mahasiswa untuk dapat masuk ke Sekolah Pascasarjana IPB, yakni jalur reguler, khusus, dan penelitian (by research). Sekolah Pascasarjana IPB menyelenggarakan program-program yang menjembatani pendidikan langsung baik dari S1 ke S2 maupun dari S2 ke S3. Program S1 langsung S2 disebut program Sinergi S1 – S2, sedangkan program langsung S2 ke S3 disebut Program PMDSU yang dikawal oleh Kemenristekdikti.

Gambar 4. Tampak depan bangunan Sekolah Pascasarjana IPB yang terletak di Kampus IPB Baranangsiang, Kota Bogor. (Sumber: https://psl.ipb.ac.id/tentang-kami/)

Pembentukan Sekolah Pascasarjana merupakan bukti keseriusan IPB dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia. IPB sebagai pionir pendidikan pascasarjana telah tumbuh dengan cepat dan berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan pascasarjana secara nasional. Pada tahun ini, tepatnya tanggal 30 November 2024, Sekolah Pascasarjana IPB genap berusia 50 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang tentu patut dirayakan setiap tahunnya mengingat usia yang tidak lagi muda. Perayaan ini tak hanya sekadar seremoni, melainkan juga wujud semangat, harapan, dan kenangan akan tonggak sejarah yang telah tercipta. Selamat memasuki usia emas, Sekolah Pascasarjana IPB. Semoga prestasi dan nama besarmu dapat terus dikenang dan memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.

Daftar Pustaka:

Anonim. “Sejarah Sekolah Pascasarjana IPB” dalam https://pasca.ipb.ac.id/about/sejarah/ diakses Jumat, 22 November 2024, pukul 10.58 WIB. 

Manuwoto S, dkk. 2017. Sejarah Perjalanan Institut Pertanian Bogor Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian 1963—2017 : Buku 1 Pertumbuhan dan Perkembangan IPB. Bogor: IPB Press.