Resimen Mahasiswa IPB: Manifestasi Patriotisme Sumpah Pemuda
Resimen Mahasiswa IPB: Manifestasi Patriotisme Sumpah Pemuda
Sejarah pembentukan Resimen Mahasiswa (Menwa) Mahawarman tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan pada periode 1949 – 1964. Pemberontakan yang terjadi di berbagai daerah di tanah air telah memanggil rakyat Indonesia untuk menumpasnya. Salah satunya adalah pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat yang dipimpin oleh Kartosuwiryo. Kolonel R.A. Kosasih selaku Panglima Teritorial III Siliwangi yang juga sebagai Ketua Penguasa Perang Daerah I Jawa Barat dalam usahanya memberantas gerombolan DI/TII juga mengerahkan masyarakat dalam Wajib Latih. Pelaksanaan Wajib Latih ini ditunjukkan kepada para mahasiswa. Sebab menurut pandangan pribadi Kolonel Kosasih menyatakan bahwa mahasiswa dapat diharapkan dan dipercayai sebagai motor perintis yang tidak mengecewakan dan mahasiswa selalu tidak ingin tertinggal dalam hal keselamatan negara dan bangsa.
Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959–1966) muncul berbagai permasalahan politik, seperti masalah pembebasan Irian Barat. Sebagai upaya untuk menuntaskan permasalahan tersebut, maka Presiden Sukarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Jenderal A.H. Nasution selaku Menteri Keamanan Nasional juga mengeluarkan Surat Keputusan No. MI/B/00307/1961 tanggal 30 Desember 1961 tentang Usaha Memperluas Latihan Ketangkasan Keprajuritan dalam rangka Kewaspadaan Nasional di Kalangan Mahasiswa. Sebagai turunan dari Surat Keputusan Menteri Keamanan Nasional tersebut, terbit Surat Keputusan Penguasa Perang Daerah No. 047/7/I/PPD/1962 mengenai Pembentukan Resimen Serbaguna Mahasiswa/Mahasiswi di Daerah Hukum Penguasa Perang Daerah Jawa Barat kemudian diikuti terbitnya Surat Keputusan Penguasa Daerah No. 07-2/PPD/1962 yang merealisasikan pembentukan Resimen Serbaguna Mahasiswa di Jawa Barat.
Pada 1964, Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan (Menko Hankam/KASAB) Jenderal A.H. Nasution meningkatkan usahanya dalam pembinaan mahasiswa. Melalui radiogram No. AB/3046/64, Menko Hankam/KASAB menginstruksikan pembentukan Resimen Mahasiswa di setiap Komando Daerah Militer (Kodam). Radiogram ini dikeluarkan dalam rangka menertibkan berbagai Resimen Mahasiswa yang dibentuk di setiap Perguruan Tinggi dengan dikoordinasikan kepada Kodam setempat. Semenjak dikeluarkannya radiogram tersebut, terbentuklah berbagai Menwa di setiap provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah Resimen Mahasiswa Mahawarman yang merupakan Resimen Mahasiswa pertama di Indonesia.
Nama Mahawarman diberikan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), Prof. Toyib Hadiwijaya. Pada tanggal 12 Juni 1964, Jenderal A.H. Nasution menerbitkan Surat Keputusan No. M/B/86/64. Melalui surat tersebut, Resimen Mahasiswa Mahawarman secara resmi memiliki Dhuaja (Lambang Kesatuan). Pada tanggal 13 Juni 1964 dilakukan upacara parade/defile di Lapangan Diponegoro, Bandung. Dalam upacara inilah lambang Resimen Mahasiswa Mahawarman diserahkan langsung oleh Jenderal Nasution kepada Komandan Resimen, yaitu Mayor Ojik Soeroto. Peristiwa ini menandai berdirinya Resimen Mahasiswa Mahawarman. Nama Mahawarman sendiri berasal dari dua kosa kata, yakni “Maha” yang berarti Agung atau besar, sedangkan “Warman” berarti baju besi atau baju zirah. Sehingga pengertian Mahawarman adalah baju besi yang agung atau perisai yang agung.
Pada 1966, Gubernur Jawa Barat selaku Kepala Markas Daerah Pertahanan Sipil/Pertahanan Rakyat Hansip/Hanra VIII (Kamada Hansip/Hanra VIII) mengeluarkan Surat Keputusan No. Kpts. 11/A.19/VIII/1966 Tentang Pengesahan Berdirinya Resimen Mahasiswa Mahawarman beserta kesatuan-kesatuan di bawahnya serta penetapan Organisasi Resimen Mahawarman. Setelah resmi berdiri, Menwa Mahawarman semakin eksis diikutsertakan dalam usaha pertahanan dan keamanan NKRI.
Begitu pula dengan Resimen Mahasiswa Mahawarman IPB. Resimen Mahasiswa Mahawarman IPB dibentuk pada 1964 dengan Adnin Adnan sebagai komandan pertama. Status organisasi Resimen Mahasiswa IPB berubah menjadi UKM sejak adanya SKB Menhan No. KB/14/M/X/2000, Mendiknas No. 6/V/KB/2000 dan Mendagri No. 39 tahun 2000 yang disepakati tanggal 11. Resimen Mahasiswa IPB merupakan organisasi yang mewadahi mahasiswa untuk memenuhi hak dan kewajibannya dalam upaya bela negara. Sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Menwa IPB identik dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan ilmu keprajuritan, seperti baris-berbaris, pengamanan, survival, menembak, bela diri militer, dan lainnya. Adanya Resimen Mahasiswa sangat berperan dalam keamanan lingkungan kampus IPB. Terlebih setelah peristiwa G-30S/PKI dan proses screening, peristiwa lima belas Januari (Malari), serta NKK/BKK. Tidak hanya itu, Korps Mahawarman IPB juga berperan dalam Satuan Tugas Dharma Bhakti ke Timor Timur.
Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion selaku Rektor IPB era 1978–1982 dan 1983–1987 memberikan penghargaan atas kontribusi besar dalam bidang pertahanan dan keamanan NKRI. Penghargaan tersebut diberikan kepada Riyaldi (A13416) dan Budi Tjahjono (A13519), dua anggota Batalyon VII/Resimen Mahasiswa IPB. Kedua anggota Menwa ini telah bertugas di Timor Timur untuk menjaga kedaulatan NKRI. Sebagai apresiasi, keduanya dibebaskan dari kewajiban membayar SPP untuk tahun akademik 1979/1980. Tugas mereka di Timor Timur juga diakui sebagai bagian dari KKN dan diberikan nilai akademik yang sesuai.
Menwa Mahawarman IPB senantiasa tumbuh dan berkembang dengan baik dari tahun ke tahun. Beragam prestasi dalam lomba-lomba tingkat nasional sukses diraih oleh Menwa IPB. Prestasi-prestasi tersebut di antaranya adalah Juara III Lomba Napak Tilas Nasional Ngurah Rai di Bali pada 1989, Juara II Lomba Lintas Medan Tingkat Nasional di Jakarta pada 1993, dan Juara II Penelusuran Rute Gerilya Pahlawan Nasional Panglima Besar Jendral Sudirman di Yogyakarta pada November 1996. Dalam rangka meningkatkan kapasitas anggotanya, Menwa IPB melaksanakan berbagai program dan kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa latihan-latihan dasar untuk membentuk jiwa nasionalis, kepemimpinan, kemandirian, serta kemampuan kerja sama dalam mengelola suatu kegiatan.
Resimen Mahasiswa Mahawarman IPB merupakan sebuah manifestasi dari cita-cita Sumpah Pemuda. Para anggota yang bergabung di dalamnya telah menjadi simbol nyata dari semangat patriotisme yang diwariskan oleh peristiwa Sumpah Pemuda. Mahasiswa sebagai garda terdepan turut berdedikasi pada pertahanan negara. Anggota Menwa tidak hanya menjalankan nilai-nilai nasionalisme, tetapi juga pengemban semangat pemersatu bangsa dan negara. Para anggota Menwa Mahawarman membuktikan bahwa cinta tanah air bukanlah sekadar kata-kata, melainkan sebuah tanggung jawab nyata yang diwujudkan dalam pengabdian. Mereka dengan teguh menjaga nilai-nilai luhur bangsa, menjunjung tinggi nilai persatuan, dan membangun kekuatan karakter yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Daftar Pustaka:
Anonim. Tanpa tahun terbit. Profil UKM Resimen Mahasiswa IPB (Menwa IPB). Tanpa penerbit dan tempat terbit.
Kusumabrata RC. 2011. “Resimen Mahasiswa sebagai Komponen Cadangan Pertahanan 1963–2000: Pembentukan Resimen Mahasiswa Mahawarman”. Skripsi. Program Studi Ilmu Sejarah. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. Depok.
Manuwoto S, dkk. 2020. Sejarah Kemahasiswaan IPB 1963–2018. Bogor: IPB Press.