Peranan A.M. Satari dalam Pengembangan Pendidikan Tinggi Pertanian

Peranan A.M. Satari dalam Pengembangan Pendidikan Tinggi Pertanian

Peranan A.M. Satari dalam Pengembangan Pendidikan Tinggi Pertanian

Gambar 1. Potret A.M. Satari, Rektor ke-4 IPB University  (1970–1978). Ia merupakan salah satu tokoh yang berperan penting terhadap pengembangan pendidikan tinggi pertanian di Indonesia.

Achmad Muhammad Satari atau yang lebih familiar dikenal dengan nama A.M. Satari merupakan salah satu tokoh yang memiliki peranan penting terhadap pengembangan pendidikan tinggi pertanian di Indonesia. Ia lahir di Bandung pada tanggal 13 Maret 1933. Riwayat perkuliahan A.M. Satari dimulai dengan menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor pada 1952. Lima tahun setelahnya, ia berhasil mendapatkan kesempatan studi di Oregon State University United States of America (USA) setelah lulus Candidate 2 (C2). Studinya di USA ditempuh hanya dalam kurun waktu satu tahun dengan gelar Master of Forestry (MF). Gelar ini diperoleh A.M. Satari pada bulan Mei 1958. Selang empat bulan setelah kepulangannya dari USA, A.M. Satari akhirnya berhasil menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Insinyur (Ir) Kehutanan pada bulan September 1958. 

Setelah menyelesaikan pendidikannya, A.M. Satari mulai menapaki dunia kerja. Pekerjaan perdananya ialah sebagai pegawai bulanan di almamaternya sendiri. Kemudian pada tanggal 1 April 1960, ia diangkat sebagai pegawai tetap. Setahun setelahnya, A.M. Satari diangkat sebagai Wakil sekaligus Sekretaris Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian tahun 1961–1962 (saat itu jabatan struktural pada tingkat Fakultas dan Departemen adalah 2 tahun). Ia juga mengampu mata kuliah Pemakaian dan Perencanaan Wilayah pada periode tersebut. Pada tahun 1964 ia melanjutkan studi dalam bidang Ilmu Tanah di Michigan State University USA. Studi doktoral seorang A.M. Satari berlangsung selama tiga tahun. Pada 1967, A.M. Satari sukses menamatkan studi doktoral dan meraih gelar PhD. Tiga tahun kemudian, A.M. Satari berhasil memperoleh jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Tanah pada 1970. 

Gambar 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 166/M Tahun 1974 mengenai penetapan jabatan Rektor IPB Periode 1974–1978 kepada A.M. Satari terhitung sejak 1 Oktober 1974.

Karier A.M. Satari semakin meningkat. Pada tahun yang sama, A.M. Satari diangkat sebagai rektor IPB (kini bernama IPB University). Ia mendapatkan amanah sebagai rektor IPB University selama dua periode pada 1970–1974 kemudian berlanjut dari tahun 1974 hingga 1978. Selama menjabat sebagai rektor, A.M. Satari banyak berperan terhadap perkembangan pendidikan di IPB University. Ia memiliki komitmen untuk menjadikan IPB sebagai pusat modernisasi dan pengembangan ilmu-ilmu pertanian di Indonesia. Oleh karena itu guna mewujudkan komitmennya tersebut A.M. Satari turut dibantu oleh lima orang direktur, yaitu Direktur Pendidikan Pra-Sarjana, Direktur Pendidikan Sarjana, Direktur Penelitian dan Pengembangan, Sekretaris/Direktur Administrasi, dan Direktur Perpustakaan. 

Salah satu komitmen A.M. Satari dalam pengembangan pendidikan di IPB University ialah merancang kurikulum pendidikan insinyur 4 tahun. Kurikulum ini diimplementasikan pada tahun 1972 supaya dapat menghasilkan tenaga pembangunan pertanian yang lebih kompeten. Adanya kurikulum ini membawa hasil yang positif. Jumlah mahasiswa yang keluar (drop out) pada tingkat persiapan menjadi lebih menurun. Sementara itu sebagian mahasiswa juga berhasil menyelesaikan studi tepat waktu serta lebih dari ⅓ lulusan diterima sebagai karyawan di instansi pemerintahan. Undangan masuk perguruan tinggi yang berlaku saat itu hanya berdasarkan nilai rapor dan IPB mengadakan seleksi calon mahasiswa berprestasi yang mewakili daerah dari seluruh nusantara. Metode inilah yang menjadi embrio penerimaan mahasiswa tanpa tes yang dikenal dengan Proyek Perintis II pada 1977. Setelahnya metode ini dikenal secara nasional sebagai Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), kemudian di IPB dikenal dengan istilah Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). 

Gambar 3. A.M. Satari (sisi kiri) selaku Rektor IPB University sedang berbincang dengan Benyamin (sisi kanan) selaku perwakilan staf MUCIA dalam acara Joint Annual Review 1975 MUCIA – Konsorsium Ilmu-ilmu Pertanian pada tanggal 10-12 Maret 1976.

Peranan A.M. Satari dalam mengembangkan kualitas pendidikan di IPB University tidak hanya terbatas pada implementasi kurikulum pendidikan insinyur 4 tahun. Ia senantiasa memberikan terobosan baru untuk IPB, terutama dalam pengembangan ilmu-ilmu pertanian. Lahirnya sekolah pascasarjana IPB pada tahun 1975 merupakan salah satu peristiwa penting dalam catatan sejarah IPB yang terjadi pada masa kepemimpinannya. Selama menjabat sebagai orang nomor satu di lingkungan IPB, A.M. Satari pernah berperan sebagai Ketua Konsorsium Ilmu-Ilmu Pertanian pada tahun 1973 hingga 1976. Pada acara konsorsium tersebut hampir separuh fakultas ilmu-ilmu pertanian di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mendapat pembinaan dari IPB. Bahkan para dosennya juga berafilisasi dalam penyelesaian studi di IPB. 

Jabatan A.M. Satari sebagai Rektor IPB berakhir pada tahun 1978. Ia kemudian kembali berkarier ke Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB dan menjabat sebagai Ketua Departemen sejak 1978–1982. Pada kurun waktu tersebut, A.M. Satari sekaligus memperoleh posisi sebagai staf ahli Menteri Muda Produksi Pangan (1978–1983). Posisi inilah yang kemudian membawa kariernya semakin melonjak di tingkat nasional. Ia pernah berkarier sebagai Deputi Bidang Ilmu Dasar dan Terapan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT (1983–1990), anggota Dewan Riset Nasional (1984–1994), Sekretaris Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1988–1990), dan staf ahli Menteri Kehutanan (1992–2001). A.M. Satari juga cukup populer di kalangan masyarakat luar kampus IPB. Hal ini dikarenakan ia pernah berkarier sebagai anggota dewan penyantun Universitas Siliwangi (1984), ketua Yayasan Pendidikan Kesatuan (1988–1990), dan Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal (1989–2006). 

Gambar 4. Plaza Satari di Kampus IPB Baranangsiang

Dedikasi yang tinggi terhadap pengembangan ilmu-ilmu pertanian membuat A.M. Satari berhak menerima Penghargaan Pahala Alma Seroja. Penghargaan tersebut diterimanya pada tanggal 20 September 1988. Ia dinilai sebagai alumnus teladan Fakultas Pertanian IPB karena telah berjasa dalam mewujudkan cita-cita almamater dan pembangunan pertanian di Indonesia. A.M. Satari menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 4 April 2016 di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Sosok A.M. Satari dikenang sebagai bapak dan guru yang rendah hati, dan senantiasa mendukung serta mengayomi para rekan dan muridnya. Oleh karena itu untuk mengenang seluruh jasanya, maka nama A.M. Satari diabadikan sebagai salah satu plaza di Kampus IPB Baranangsiang. 

Daftar Pustaka : 

Manuwoto S, dan Soekarja Somadikarta, 2017. Sejarah Kelahiran Institut Pertanian Bogor Lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu-Ilmu Pertanian Tertua di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Manuwoto S, dkk. 2017. Sejarah Perjalanan Institut Pertanian Bogor Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian 1963—2017 : Buku 1 Pertumbuhan dan Perkembangan IPB. Bogor: IPB Press.