Peletakan Batu Pertama IPB Darmaga: Tonggak Sejarah Kampus Utama IPB

Peletakan Batu Pertama IPB Darmaga: Tonggak Sejarah Kampus Utama IPB

Peletakan Batu Pertama IPB Darmaga: Tonggak Sejarah Kampus Utama IPB

Institut Pertanian Bogor (IPB) University merupakan salah satu perguruan tinggi yang dikenal luas oleh masyarakat. IPB memiliki beberapa kampus yang tersebar di berbagai lokasi. Salah satunya adalah Kampus IPB Darmaga. Kampus ini terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebagai pusat utama kegiatan akademik, Kampus IPB Darmaga yang saat ini menjadi kampus utama IPB University memiliki peran penting dalam pendidikan tinggi. Kampus ini memiliki sejarah panjang dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang pertanian dan disiplin ilmu terkait di Indonesia. 

Gambar 1. Surat Keputusan Menteri Agraria tanggal 30 Oktober 1958, No. Sk 330/Ka mengenai penunjukan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor sebagai pengurus bekas tanah partikulir Darmaga di Kewedanan dan Kabupaten Bogor. (Sumber: Arsip IPB).

Gagasan mengenai pembangunan Kampus IPB Darmaga pertama kali dicetuskan oleh Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya saat menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia. Pada periode yang sama, Pemerintah Indonesia tengah melakukan nasionalisasi terhadap sejumlah perkebunan milik Belanda, termasuk perkebunan karet di kawasan Dramaga yang dimiliki oleh keluarga Van Mottman. Melihat peluang ini, Prof. Toyib Hadiwijaya berupaya keras memperjuangkan pengambilalihan kebun karet tersebut. Meskipun terdapat pilihan lokasi lain, Prof. Toyib Hadiwijaya telah menetapkan pilihannya pada kebun karet Darmaga yang memiliki luas 10 bau. Sejak awal, ia telah memiliki visi untuk mengubah lahan tersebut menjadi sebuah kampus.

Hingga tahun 1958, perkebunan tersebut masih dihuni oleh keturunan keluarga van Mottman yang bernama Pieter Reinier van Motman. Setelah ia dan keluarganya kembali ke Belanda, pemerintah Indonesia secara resmi menasionalisasi perkebunan karet tersebut. Selanjutnya pengelolaan lahan bekas tanah partikulir Darmaga yang terletak di Kewedanan dan Kabupaten Bogor diserahkan kepada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor. Lahan seluas sekitar 10 bau ini ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Agraria Nomor SK 330/Ka yang diterbitkan pada 30 Oktober 1958.

Prof. Toyib Hadiwijaya tidak hanya dikenal sebagai seorang intelektual yang cerdas, tetapi juga sebagai pemimpin visioner yang mampu melihat jauh ke depan. Beliau memiliki intuisi yang tajam serta kecermatan dalam merancang strategi yang logis dan terstruktur. Sebagai Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Toyib memiliki visi untuk membangun kampus yang lengkap, mencakup pusat pendidikan dan penelitian dengan fasilitas seperti laboratorium, kebun percobaan, bengkel, sarana olahraga, asrama mahasiswa, serta tempat tinggal bagi dosen. Pada saat itu, beliau menyadari bahwa kampus Fakultas Pertanian di Baranangsiang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan jangka panjang sebagai pusat akademik. Dengan kondisi Baranangsiang yang masih sepi dan dikelilingi kebun singkong, kawasan tersebut dianggap kurang mendukung pengembangan kampus. Oleh karena itu, rencana pemindahan kampus dari Baranangsiang ke Darmaga sempat dianggap tidak masuk akal oleh sebagian orang.

Gambar 2. Peletakan batu pertama pembangunan Kampus IPB Darmaga oleh Ir. Soekarno (Presiden pertama RI) pada tanggal 3 April 1961. (Sumber: Arsip IPB).

Gagasan Prof. Toyib mendapat dukungan penuh dari Presiden Soekarno, yang sangat peduli terhadap perkembangan ilmu pertanian di Indonesia. Sebagai bentuk komitmennya, Presiden Soekarno secara langsung meresmikan pembangunan Kampus Darmaga dengan melakukan peletakan batu pertama pada 3 April 1961. Acara tersebut menandai dimulainya pembangunan Kampus Darmaga Fakultas Pertanian Universitas Indonesia—yang kini menjadi IPB. Prosesi ini diawali dengan simbolis pencangkulan pertama dan penanaman pohon pinus oleh Presiden Soekarno di area depan “gedung seng” (sekarang Kantin Stevia) yang kini menjadi bagian dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Kampus Darmaga.

Upacara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB ini diawali dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting. Di antara tamu undangan terdapat Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia, Howard P. Jones, serta Prijono, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, juga disampaikan makna di balik nama “Darmaga.” Meskipun terdengar mirip dengan kata “Dermaga,” penamaan “Darmaga” memiliki filosofi tersendiri. Mengacu pada memo Toyib Hadiwijaya yang ditulis pada tanggal 13 Februari 1991, Prof. Prijono menjelaskan bahwa “Darmaga” terdiri dari dua unsur kata, yaitu “Darma” yang berarti karya, serta “Go” dari bahasa Inggris yang kemudian disesuaikan menjadi “Ga,” yang berarti silakan. Dengan demikian, “Darmaga” memiliki makna mendalam, yaitu “silakan berkarya.” 

Gambar 3. Memo Prof. Toyib Hadiwijaya tertanggal 13 Februari 1991 mengenai sejarah penamaan Kampus IPB Darmaga. (Sumber: Arsip IPB)

Pada momen tersebut, Presiden Ir. Soekarno secara langsung menunjuk Prof. Toyib Hadiwijaya sebagai Pemimpin Proyek Pembangunan Kampus Darmaga. Meski saat itu Prof. Toyib menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian, pembangunan awal justru tidak dimulai dari fakultas tersebut. Sebaliknya, fasilitas pertama yang dibangun adalah ruang kuliah serta sebagian asrama mahasiswa untuk Jurusan Kehutanan. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan, sebab Prof. Toyib memiliki visi jauh ke depan bahwa Kampus Darmaga tidak hanya diperuntukkan bagi Fakultas Pertanian, tetapi juga akan menjadi pusat pendidikan tinggi pertanian dalam cakupan yang lebih luas.

Peletakan batu pertama Kampus IPB Darmaga menandai langkah awal dalam pengembangan IPB sebagai institusi terkemuka di bidang pertanian dan ilmu hayati. Setelahnya IPB mulai memindahkan kegiatan akademiknya dari Kampus Baranangsiang ke Kampus Darmaga secara bertahap sejak tahun 1968 hingga akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1995. Momen bersejarah ini menjadi bukti nyata komitmen IPB dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor pertanian melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang didukung dengan berbagai fasilitas sehingga mampu menghasilkan solusi atas berbagai tantangan, baik di tingkat nasional maupun global. 

Daftar Pustaka:

Manuwoto S, dan Soekarja Somadikarta. 2017. Sejarah Kelahiran Institut Pertanian Bogor Lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu-Ilmu Pertanian Tertua di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Nugroho N, dkk. 2017. Sejarah Perjalanan Institut Pertanian Bogor sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian 1963–2017 : Buku II Pembangunan Gedung-Gedung IPB. Bogor: IPB Press.