Kilas Balik Orientasi Mahasiswa Baru IPB Era 1960–1970an
Kilas Balik Orientasi Mahasiswa Baru IPB Era 1960–1970an
Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) merupakan sebuah tradisi penting yang menandai awal perjalanan mahasiswa di perguruan tinggi. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang orientasi, tetapi juga merefleksikan dinamika sosial dan budaya kampus yang terus berkembang. Berbagai aktivitas dan atribut khasnya menghadirkan suasana meriah di masa orientasi. Di balik itu, tersimpan sejarah panjang yang sarat nilai pendidikan dan pembinaan karakter. Salah satu kampus yang memiliki jejak panjang dalam pelaksanaan kegiatan MPKMB adalah Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada awalnya, kegiatan MPKMB di IPB dikenal dengan nama Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram). Mapram merupakan bentuk pembinaan awal yang menekankan nilai kedisiplinan, semangat pengabdian, dan kebersamaan. Kegiatan ini bermula di tingkat fakultas. Pada awalnya, Pada awalnya, Fakultas Pertanian memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk membimbing mahasiswa baru. Mahasiswa baru yang telah diterima dianggap sebagai bagian dari keluarga besar dan wajib dibimbing agar menjadi pribadi yang berguna sebagai manusia pengabdi dalam membangun negara. Atas dasar itu, Fakultas Pertanian IPB memandang perlu menyelenggarakan masa perkenalan dan bimbingan bagi mahasiswa baru.

Mapram mulai diselenggarakan pada tahun akademik 1964/1965 sebagai wadah pengenalan kehidupan kampus sekaligus pembentukan karakter mahasiswa baru sejak hari pertama mereka diterima di IPB. Pelaksanaannya dikoordinasikan secara aktif oleh Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa di tingkat fakultas maupun institut. Pada tahun 1964, ketua panitia Mapram dijabat oleh Toga Sitompul. Calon mahasiswa laki-laki disebut “Prama” dan perempuan disebut “Prami”, sedangkan mahasiswa senior disebut “Rakawira” untuk laki-laki dan “Rakawati” untuk perempuan. Kegiatan berlangsung pada 10 September hingga 1 Oktober 1964. Selama Mapram, para Prama dan Prami wajib mematuhi ketentuan, seperti berpakaian sopan dan sederhana serta mengenakan atribut yang ditetapkan panitia. Sebagai bagian dari kurikulum, seluruh mahasiswa diwajibkan mengikuti kegiatan ini secara penuh dan hadir tepat waktu hingga berakhir.
Pada tahun 1965, IPB menerima sekitar 800 siswa lulusan SLTA dari berbagai daerah di Indonesia sebagai mahasiswa baru. Upacara pembukaan Mapram angkatan ke-3 dilaksanakan pada tanggal 12 September 1965. Pembukaan acara ini ditandai dengan apel di lapangan depan Gedung Utama IPB Baranangsiang. Para mahasiswa baru tersebut diterima di enam fakultas yang ada saat itu, yaitu Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan (Faperikan), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), dan Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (Fatemeta). Pada 1966, IPB tidak menyelenggarakan penerimaan mahasiswa baru sehubungan dengan kondisi politik Indonesia yang belum stabil sehingga kegiatan akademik dihentikan selama satu semester. Mapram kembali dilaksanakan pada 1967. Dalam pelaksanaannya, setiap fakultas memilih seorang pemimpin yang disebut Jenderal Angkatan. Untuk Angkatan 1965 di Fakultas Kehutanan, jabatan tersebut dipegang oleh Alm. Kang Djurnalis Thaib. Jenderal Angkatan memiliki kewenangan penuh untuk memberi komando kepada seluruh anggota angkatannya.

Mapram dilaksanakan selama dua pekan. Kegiatan dimulai pukul 05.00 hingga 22.00 WIB dan sesekali berlangsung sampai 23.00 WIB. Kegiatan ini mencakup ceramah dari pimpinan IPB dan fakultas, kegiatan sosial, pembinaan kedisiplinan, perkenalan dengan dosen, senior, serta sesama peserta, hingga hiburan. Panitia membagi kegiatan menjadi dua jenis, yaitu kegiatan terpusat di tingkat IPB dan kegiatan lokal di tingkat fakultas. Setiap peserta wajib menulis laporan berisi rincian kegiatan, pembicara, materi yang disampaikan, dan kesimpulan, lalu mengumpulkannya pada apel pagi berikutnya. Dalam satu hari, rata-rata terdapat empat hingga lima agenda yang harus diikuti seluruh peserta. Peserta yang terlambat atau tidak menyerahkan laporan akan dicatat dalam “Buku Catatan Dosa” dan dievaluasi pada akhir kegiatan.
Pada tahun berikutnya, IPB menyelenggarakan Mapram pada 20 Februari hingga 2 Maret 1968. Kegiatan ini berlangsung dengan pengawasan langsung dan ketat dari Dekan Fakultas Pertanian, Andi Hakim Nasoetion. Mapram angkatan ke-5 yang dirancang oleh Yuyun Surya Soemantri mengusung tema The Days of Iron & Roses dan menuai pujian sebagai salah satu pelaksanaan terbaik. Kegiatan ini dinilai memiliki tujuan yang jelas serta menjadi sarana pembelajaran dan pengenalan dunia pertanian secara luas bagi mahasiswa baru tanpa praktik perpeloncoan. Konsep penyelenggaraan yang terstruktur mampu memberikan pembelajaran disiplin, pengenalan kampus secara menyeluruh, serta hiburan melalui permainan dan keusilan khas mahasiswa. Rangkaian acara meliputi baris berbaris, apel, perkenalan, dan tur lintas kampus yang meninggalkan kesan mendalam bagi mahasiswa, dosen, maupun senior yang ikut terlibat.

Pada awal 1970-an, Mapram IPB menjadi wadah kebersamaan yang mencerminkan semangat persaudaraan, disiplin, dan tradisi pembinaan mahasiswa baru. Tahun 1971–1972, para “Prami” berkumpul di dekat gedung Gizi Pertanian. Kala itu, Mapram IPB dipimpin oleh Ahmad Manggabarani selaku Ketua Senat Mahasiswa Pertanian. Menjelang akhir penyelenggaraan Mapram, panitia melakukan penobatan Rakawira dan Rakawati tergalak sebagai simbol kepemimpinan. Salah satu yang terkenang adalah Jannes Sitompul, Komti angkatan A9. Momen-momen ini menjadi kenangan berharga dalam pembentukan karakter mahasiswa baru IPB di era 1970-an.
Kilas balik perjalanan MPKMB atau Mapram IPB pada era 1960–1970-an memperlihatkan bahwa orientasi mahasiswa baru bukan sekadar seremoni penyambutan, melainkan proses penting dalam menanamkan nilai disiplin, kebersamaan, dan pengabdian sejak hari pertama di kampus. Kegiatan ini menjadi fondasi pembinaan mahasiswa baru IPB yang menanamkan nilai kedisiplinan, kebersamaan, dan pengabdian. Kegiatan ini membentuk identitas mahasiswa sejak hari pertama mereka memasuki kampus. Dinamika yang terjadi kala itu menjadi fondasi kuat dalam membentuk jati diri mahasiswa IPB yang kemudian dikenal tangguh dan berkarakter. Warisan nilai-nilai tersebut hingga kini tetap menjadi inspirasi dalam setiap pelaksanaan MPKMB dengan semangat pembinaan mahasiswa di era modern.
Daftar Pustaka:
Lubis Y. 2019. Baranangsiang. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Manuwoto S, dkk. 2020. Sejarah Kemahasiswaan IPB 1963–2018. Bogor: IPB Press.