Kenangan 76 Tahun Sekolah Kedokteran Hewan & Biomedis (SKHB) IPB

Kenangan 76 Tahun Sekolah Kedokteran Hewan & Biomedis (SKHB) IPB

Kenangan 76 Tahun Sekolah Kedokteran Hewan & Biomedis (SKHB) IPB

Gambar 1. Salah satu tempat kegiatan perkuliahan Faculteit van Landbouwwetenschap tahun 1948 sampai gedung Fakultas Pertanian di Baranangsiang selesai. Gedung ini juga tempat kegiatan perkuliahan Diergeneeskundige Faculteit di van Imhoffplein 1 (sekarang Taman Kencana 1), Bogor.

Perhatian IPB University terhadap bidang kedokteran khususnya kedokteran hewan bukanlah suatu hal yang baru. Hal ini sudah berlangsung sejak lama. Sejarah mencatat bahwa sejak masa kolonial Belanda sudah ada Sekolah Dokter Hewan Pribumi yang dikenal dengan nama Inlandsche Veeartzen School pada tahun 1907. Tujuh tahun setelahnya pada 1914, sekolah ini ditingkatkan menjadi Sekolah Dokter Hewan Bumi Putera atau “Nederland Indische Veeartzen School” (NIVS) yang berlokasi di Bogor. NIVS menempati kompleks bangunan van Imhoffplein I (saat ini dikenal sebagai Taman Kencana I) hingga Maret 1948. Pada masa pendudukan Jepang (1942–1945) sekolah ini mengalami perubahan nama menjadi “Bogor Zui Semon Gakko”.  Sekolah Dokter Hewan di Bogor dinaikkan statusnya menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) pada tahun 1946. Namun dikarenakan situasi Indonesia yang “dikuasai” oleh tentara Belanda untuk kedua kalinya, maka NIVS kembali dibuka dengan nama “Diergeneeskundige Faculteit” (Fakultas Kedokteran Hewan). 

Gambar 2. Keputusan Pemerintah Hindia-Belanda tentang pendirian Diergeneeskundige Faculteit, Universiteit van Indonesië tanggal 26 Juni 1947 No. 10.

“Diergeneeskundige Faculteit” didirikan oleh Universiteit van Indonesië pada 1947 bersama dengan tiga fakultas lainnya. Pendirian “Diergeneeskundige Faculteit” te Buitenzorg ini berdasarkan pada Keputusan Pemerintah Hindia-Belanda tanggal 26 Juni 1947 No. 10. Perkuliahan “Diergeneeskundige Faculteit” dimulai pada tanggal 20 November 1948. Pada awal berdirinya “Diergeneeskundige Faculteit” terdapat sebanyak 34 mahasiswa yang merupakan para siswa dari sekolah dokter hewan terdahulu. Ketiga puluh empat mahasiswa tersebut wajib menempuh empat ujian yang disyaratkan oleh fakultas, yakni ujian propaedeuse, candidaat 1 dan 2, doktoraal 1 dan 2, serta ujian dokter hewan. Mahasiswa Angkatan tahun 1949 adalah para siswa yang memiliki ijazah Sekolah Menengah tingkat Atas atau sekolah yang sederajat, seperti dari Hoogere Burgerschool (HBS) program 5 tahun, Algemeene Middelbare School (AMS) Bagian B, atau dari Voorbereidend Hoger Onderwijs (VHO). 

Pertumbuhan dan perkembangan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) sempat mengalami masa genting pada satu tahun pertama. Saat itu FKH masih mengalami kekurangan ruangan untuk kegiatan perkuliahan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, akhirnya dilakukan pembangunan kompleks gedung-gedung pertama yang terletak di van Heutzweg (kini bernama Jalan Pajajaran). Gedung-gedung yang dibangun antara lain ialah Centrale bibliotheek ‘perpustakaan pusat’ dan beberapa intituut di antaranya Instituut voor Dierkunde ‘Lembaga Ilmu Hewan’, Instituut voor Physiologie ‘Lembaga Faäli’, dan Instituut voor Physiologische Chemei ‘Lembaga Kimia Faäli’. Ketiga gedung ini digunakan pada akhir tahun 1950-an.

Gambar 3. Gedung lembaga-lembaga ilmu faäl dan khasiat obat, kimia faäli, ilmu hewan di Jalan Gunung Gede (sekarang Jalan Pajajaran) yang dipotret pada tahun 1960-an

Permasalahan FKH juga berkutat pada urusan kegiatan perkuliahan. Salah satu contoh nyata ialah dominasi Dosen dan Guru Besar berkebangsaan Belanda dalam lingkungan FKH. Hal ini dapat terjadi karena masih kurangnya dokter hewan pribumi Indonesia yang berkecimpung di dunia akademik. Selain itu kurikulum yang digunakan juga masih mengikuti studi bebas (vreije studie) yang identik dengan perkuliahan bebas tidak diabsen, bahasa pengantar menggunakan bahasa Inggris yang diselingi pula dengan bahasa Belanda, dan ujian kenaikan tingkat hanya dilaksanakan satu kali setahun secara lisan di ruang kerja atau rumah dosen. 

Selama berada di bawah naungan Universiteit van Indonesië, “Diergeneeskundige Faculteit” mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada tahun 1957, “Diergeneeskundige Faculteit” diubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia. Kemudian kembali berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia pada tahun 1959–1960. Dua tahun setelahnya, fakultas ini berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan Laut Universitas Indonesia. Pada September 1963, Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan Laut melepaskan diri dari Universitas Indonesia dan membentuk perguruan tinggi baru bernama Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan lima fakultas. Salah satu fakultas yang dimaksud adalah Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) yang termasuk sebagai feeder faculty. 

Setelah berada di bawah naungan IPB, kegiatan perkuliahan di FKH mengalami perubahan. Semula FKH menerapkan studi bebas dalam proses perkuliahannya namun kemudian beralih ke studi terpimpin. FKH IPB menempati kampus utama di Taman Kencana serta dua kampus lainnya di Pajajaran dan Cilibende sejak tahun 1947 hingga 2000. Pada periode tahun 1971 hingga 1982, FKH IPB sempat memperoleh fasilitas bangunan di Kampus Gunung Gede yakni Gedung Laboratorium Kimia Terpadu seluas 242 m² yang berasal dari dana APBN FKH. Kemudian FKH juga mendapat tambahan fasilitas di Taman Kencana berupa Laboratorium Terologi 117 m², Laboratorium Mikrobiologi 162 m², Ruang Rontgen 65 m², Ruang Stensil 60 m². Fasilitas-fasilitas tersebut diperoleh dari dana APBN.

Gambar 4. Presiden ke 4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tiba di Kampus IPB Darmaga pada 11 Oktober 2000 untuk menghadiri peresmian Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan

Pada tahun 2001, FKH memutuskan untuk pindah ke Kampus Darmaga. Saat berpindah dari Taman Kencana ke Darmaga, FKH mendapatkan fasilitas bangunan dari Proyek Loan OECF IP-433. Bangunan tersebut antara lain ialah gedung pusat FKH seluas 20.254 m², Rumah Sakit Hewan dengan luas 7.720 m², dan kandang hewan lab FKH seluas 150 m². Gedung pusat FKH dan Rumah Sakit Hewan diresmikan oleh Presiden ke-4 Republik Indonesia, Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid pada tanggal 11 Oktober 2000. FKH IPB kemudian memutuskan untuk bertransformasi menjadi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) pada tanggal 28 Desember 2021. Transformasi ini dilakukan sesuai dengan Keputusan Rektor IPB Nomor 328 tahun 2021 sesuai dengan visi misi SKHB untuk menghasilkan dokter hewan dan profesional yang berkualitas dengan melaksanakan kegiatan akademik, pengabdian masyarakat, dan penelitian yang setara dengan standar internasional. 

Kelahiran FKH IPB hingga akhirnya bertransformasi sebagai SKHB telah mewarnai dunia kedokteran hewan Indonesia. Tepat satu pekan yang lalu, pada tanggal 26 Juni 2024, SKHB IPB genap berusia 76 tahun. Sebuah perjalanan panjang yang tentu patut dirayakan setiap tahunnya mengingat usia yang tidak lagi muda. Perayaan ini juga menjadi suatu hal penting sebab mampu membangkitkan gelora, asa, dan jiwa nostalgia terhadap sebuah peristiwa masa lalu. Dirgahayu SKHB IPB, semoga harum namamu senantiasa terukir dalam kalbu. 

Daftar Pustaka :

Manuwoto S, dan Soekarja Somadikarta. 2017. Sejarah Kelahiran Institut Pertanian Bogor Lembaga Pendidikan Tinggi Ilmu-Ilmu Pertanian Tertua di Indonesia. Bogor: IPB Press.

Manuwoto S, dkk. 2017. Sejarah Perjalanan Institut Pertanian Bogor Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian 1963—2017 : Buku 1 Pertumbuhan dan Perkembangan IPB. Bogor: IPB Press.

Soedjasmiran Prodjodihardjo, dkk. 2010. 100 Tahun Dokter Hewan Indonesia Sejarah, Kiprah, dan Tantangan. Jakarta: Yayasan Hemerazoa.