Andi Hakim Nasution: Sosok Visioner di Balik Perkembangan Akademik IPB

Andi Hakim Nasution: Sosok Visioner di Balik Perkembangan Akademik IPB

Andi Hakim Nasution: Sosok Visioner di Balik Perkembangan Akademik IPB

Gambar 1. Potret Andi Hakim Nasution, Rektor IPB University Periode 1978–1982 dan 1983–1987. (Sumber : Arsip IPB).

Andi Hakim Nasution merupakan salah satu sosok termasyhur di lingkungan IPB University. Ia lahir di Jakarta pada 30 Maret 1932 dari pasangan Anwar Nasution dan Siti Marijam Loebis-Nasution. Andi Hakim Nasution dibesarkan di Bogor, di mana orang tuanya bekerja sebagai dokter hewan. Pendidikan dasarnya dimulai di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Ardjoena Bogor hingga kelas 5. Namun, ketika masa pendudukan Jepang, ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Rakyat (SR) No 1, sebelum akhirnya pindah ke SR No 9. Pada 1945, ia berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya dan memperoleh ijazah SR.

Setelah lulus dari SR, Andi Hakim Nasution melanjutkan studinya di SMP “Bawah Tanah” pada 1945–1948. Kemudian, ia menjalani masa putih abu-abu di Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Bogor pada 1949–1952. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor pada 1952. Andi Hakim Nasution akhirnya berhasil lulus pada 1958. Ia resmi menyandang gelar Sarjana Pertanian dengan predikat cumlaude pada bidang keahlian utama Ilmu Tanah dan keahlian kedua Produksi Pertanian. Pada 1961–1964, Andi Hakim Nasution melanjutkan studi pascasarjana di North Caroline State University (NCSU) tanpa melalui program master. Ia meraih gelar Doktor (PhD) dalam bidang Statistika Percobaan (Experimental Statistics) dengan keahlian tambahan di Genetika Kuantitatif. Disertasinya berjudul “An evaluation of two procedures to estimate parameters in a simultaneous selfing and partial diallel test crossing design”. 

Gambar 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 42/M Tahun 1983 mengenai pengangkatan kembali Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor. (Sumber : Arsip IPB).

Andi Hakim Nasution memulai kariernya sebagai pengajar di SPMA pada 1952. Pada 1957–1958, ia mengajar Matematika dan Statistika di Akademi Pertanian Ciawi, kemudian diangkat sebagai Sekretaris Akademi tersebut selama tiga tahun. Selain itu, ia juga mengajar Matematika di Akademi Kimia Analis (AKA) di Bogor pada 1960. Di tahun yang sama, Dekan Fakultas Pertanian memintanya untuk mengajar Matematika di Fakultas Pertanian. Setelah menyelesaikan studi di NCSU pada 1965, Andi Hakim kembali ke Indonesia dan menjadi dosen di Departemen Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Di sana, ia mengajar mata kuliah Matematika (tingkat I), Statistika (tingkat II), dan Perancangan Percobaan (tingkat III).

Pada 1978, Andi Hakim Nasution diangkat sebagai Rektor IPB. Ia menjabat selama dua periode dari tahun 1978–1982 dan 1983–1987. Andi Hakim Nasution dua kali memimpin kampus di masa yang penuh gejolak. Pertama, pada 1966 setelah peristiwa G-30 S/PKI, ketika ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian IPB. Kedua, pada 1978, ketika ia menjadi Rektor IPB setelah peristiwa Malari, di mana mahasiswa banyak melakukan protes. Pada masa awal jabatannya sebagai rektor, pemerintah memberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) untuk mengendalikan aktivitas mahasiswa. Sebagai rektor, Andi Hakim Nasution berupaya menjaga agar kegiatan akademik tetap berjalan secara optimal, meskipun ada tekanan politik. Ia menghadapi berbagai tantangan untuk memastikan kampus tidak menjadi tempat bagi kegiatan partai politik. Pada masa kepemimpinannya juga, pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat, termasuk komunitas kampus, untuk mengikuti penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).

Gambar 3. Andi Hakim Nasution (berdiri dan memakai jam) selaku Direktur Sekolah Pascasarjana IPB dan Affendi Anwar (duduk dibelakang memakai kemeja kotak-kotak) dari Prodi Ekonomi Pertanian sedang membantu pendaftaran calon mahasiswa Sekolah Pascasarjana IPB pada 1975. (Sumber : Arsip IPB).

Andi Hakim Nasution memainkan peran penting dalam pengembangan akademik di IPB. Pada 1980, ia mendorong pembentukan Fakultas Sains dan Matematika untuk mengembangkan ilmu-ilmu dasar di IPB. Namun, pada 1982, mengikuti ketentuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), fakultas ini berubah nama menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Selain menjadi penggagas FMIPA, ia juga merupakan pendiri sekaligus tokoh utama yang membesarkan Departemen Statistika. Tidak hanya itu, sebelumnya pada tahun 1978, ia juga berperan dalam pembukaan Sekolah Pascasarjana IPB, yang memperkenalkan Program Doktor Terstruktur pertama di Indonesia. Inisiatif ini menjadi tonggak penting dalam peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia.

Penerimaan mahasiswa baru tanpa tes ujian masuk atau yang dikenal dengan Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) adalah inovasi luar biasa yang diprakarsai oleh Andi Hakim Nasution pada 1975. Saat itu, Andi Hakim menjabat sebagai Ketua Program Penerimaan Mahasiswa Baru di IPB dan menghadapi tantangan untuk menerima 1.000 mahasiswa. Ia merancang sistem USMI sebagai cara untuk mendapatkan siswa terbaik dan memastikan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia. Pada tahun pertama, Andi Hakim mengundang 500 siswa melalui sistem ini, dan pada tahun berikutnya, jumlahnya meningkat menjadi 1.000. Sistem ini terbukti sukses dan menghasilkan lulusan-lulusan unggul yang berkontribusi di berbagai bidang. Pada tahun 1984, model penerimaan ini diadopsi secara nasional dengan nama Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). 

Gambar 4. Andi Hakim Nasution bersama pimpinan IPB saat melakukan kunjungan ke Wisconsin University. (Sumber : Arsip IPB).

Selain itu, ketika menjabat sebagai rektor IPB pada periode 1978–1982, Andi Hakim Nasution juga menjadi anggota Komisi Pembaharuan Pendidikan Nasional, di mana ia turut berperan dalam reformasi pendidikan di Indonesia. Ia juga melakukan upaya peningkatan kemampuan dosen dengan studi lanjut yang dijalin melalui kerja sama dengan University of Wisconsin. Kegiatan ini berlangsung pada periode 1979–1983. Tidak hanya itu, kegiatan kerja sama dilakukan juga dengan pemerintah Jepang pada 1984. 

Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Rektor IPB, Andi Hakim Nasution dipilih menjadi Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) untuk periode 1991–1995. Dalam kapasitas ini, ia terus memberikan kontribusi besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Salah satu upayanya adalah membantu generasi muda melalui buku berjudul “‘Panduan Berpikir dan Meneliti secara Ilmiah untuk Remaja”, yang diterbitkan oleh Grasindo pada 1991. Buku ini dirancang untuk membimbing remaja dalam berpikir kritis dan melakukan penelitian ilmiah. 

Selain itu, Andi Hakim bersama rekan-rekannya dari Jurusan Statistika juga aktif dalam pembaruan kurikulum pelajaran Matematika di Sekolah Menengah Umum (SMU). Mereka menyertakan materi statistika dalam kurikulum baru dan hasilnya diterbitkan sebagai buku Matematika I, II, dan III oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 1994. Setelah purna bakti dari IPB, Andi Hakim tidak berhenti berkontribusi pada dunia pendidikan. Ia diangkat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Telkom di Bandung (sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Telkom) pada 1998–2001, di mana ia turut memperkuat perkembangan teknologi dan pendidikan tinggi di Indonesia.

Gambar. Peresmian Jalan Prof Dr Ir H Andi Hakim Nasoetion. Tampak dalam foto tersebut (dari kiri ke kanan) : Prof. Herry Suhardiyanto, Ibu Amini A. H. Nasution, dan Dr. Bima Arya selaku Walikota Bogor periode 2014–2024. (Sumber : Arsip IPB).

Atas berbagai jasa dan kontribusinya yang besar dalam bidang pendidikan, Andi Hakim Nasution menerima berbagai penghargaan dan anugerah. Andi Hakim Nasution memperoleh Bintang Jasa Utama I dari Presiden Republik Indonesia pada 1991. Anugerah Pahala Alma dari IPB diterima pada 1993 dan Pahala Statistika dari Jurusan Statistika FMIPA IPB pada 1997. Ia juga memperoleh anugerah Fok Ying Tung dari Taiwan sebagai penghargaan atas Kontribusi Promosi Pembangunan Nasional dan Budaya Asia Tenggara pada 2001. Andi Hakim Nasoetion meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada tanggal 4 Maret 2002. Keberhasilan dan kontribusinya telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Setelah kepergiannya, Andi Hakim Nasution terus dikenang dan dihormati melalui berbagai penghargaan dan pengakuan atas jasa-jasanya. Namanya diabadikan sebagai nama gedung auditorium di IPB University. Beberapa penghargaan dan pengakuan juga diterimanya antara lain ialah Anugerah Alumni dari Himpunan Alumni IPB Sumatera Utara pada 2004, sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya terhadap IPB dan komunitas alumni. Penghargaan Pengabdian Pendidikan Tinggi Anugerah Sewaka Winayaroha dari pemerintah Republik Indonesia pada 2007, sebagai pengakuan atas dedikasinya dalam pengembangan pendidikan tinggi. Penghargaan Prasasti Pengabdian Nama oleh IPB pada Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2008, sebagai bentuk penghormatan atas sumbangsihnya terhadap dunia pendidikan tinggi nasional dan IPB khususnya.

Daftar Pustaka :

Anonim, “Riwayat Hidup Andi Hakim Nasoetion”, dalam https://arsipedia.ipb.ac.id/server/api/core/bitstreams/89d643fc-b5ba-4214-9d7a-bba4df40558c/content?authentication-token=eyJhbGciOiJIUzI1NiJ9.eyJlaWQiOiIxZmZkZmYzOC1lZjlkLTQ5MTgtYmU5MS1jNmFkNGVmOTI5ZGIiLCJzZyI6W10sImF1dGhlbnRpY2F0aW9uTWV0aG9kIjoibGRhcCIsImV4cCI6MTcyNjExMjQxMH0.6Vpz_V7HOrFyHjSQrqANVieSaaL4DW02HRjwUE331CU, diakses   pada   Kamis,   12 September 2024, pukul 10.48 WIB.

Manuwoto S, dkk. 2017. Sejarah Perjalanan Institut Pertanian Bogor Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Pertanian 1963—2017 : Buku 1 Pertumbuhan dan Perkembangan IPB. Bogor: IPB Press.